sempat bertandang ke rumah sedarah
aku menjulurkan nafas dalam pagi selepas idul
meminta ridur dipelukan tuhan
sedang engkau bergejolak di rahim mu
meronta terjang pintu dunia
ingin mencium aroma kehidupan berrealita
ibumu menangis bertahan raga
mencoba bertahan menahan rasa
perih tak teragu
keringat dingin, air mata serta darah di selangkangan bertumpahan
telah lengkap usia bulan
engkau bertasbih di rahim
segera membuka diari
kusebut engkau Muhammad
tangis kecil ibumu beriring diperjalanan
namun tegar dan tabah segala hina
tak kuasa berlomba waktu mengejar kenikmatan
berhadap serta kematian
kupanggil engkau wahai Siddiq
setelah asar bersiar
seragam putih mengejar kesibukan
lalu aku berpaling dihadapan ibumu
pekik teriakan engkau terlaksana
yang membawakan segumpal harapan untukku
dari sejumut rambut berlumur darah hingga aku tiada bertumpu
kan kudendang engkau si Al Khawarizmi
kini engkau telah bernafas...
meski tangismu berjalan serentak
aku tetap ingat wahai engkau
Muhammad Siddik Al Khawarizmi
Dumai, 23 September 2011
dua puluh empat hari setelah engkau dilahirkan...