Sabtu, 29 Januari 2011

sajak rajukan piatu

tunggu durian itu jatuh
di sana lah aku dan engkau menyambut dengan berhati
aku sedari bahwa penuh berhati hati untuk itu
takut akan rasa ketika engkau tertimpa akan durian
durian yang hendak engkau suguhkan kepadaku
dan aku tiada rasa lidah menerima

dan biarkan ia merenung
sebab aku tau apa yang ia tenung
usah kau beri sesal dalam tangisan nya
dalam saat itu ketahui apa yang diajuk
nyanyikan lah lagu pelipur lara
sebagai kasih tak terpujuk
dengan pelan dari rindu rindu sang ibu
selari itu dia pahami akan qalbu

rindu nya menyatu pada batinku
terasa gemetar jemari mendengar amarah
lepaskan sesak
diam
pilu
kabut
letih
dingin kaki menatap keikhlasan

sudahlah
biarkan ia rajuk untuk merdeka
sebab tak pantas lagi untuk dihina
dalam air mata setetes sudah
mengharap engkau disampingnya

aku serah pada batu
yang diam kaku
yang tuli bisu
yang geram pilu
yang keras kan membatu

dumai, 16 september 2010
syahrul affandi bin jalaluddin rozali

sajak perempuan kardus

deru menderu hati berkabu
dalam kemelut urai mengurai
ingin menata hari yang telah berserak
saat senja pun gulita

sudah gemuruh sore itu
saat aku merasakan sesuatu tentang perempuan itu
sedari ia mengalunkan melodi rindu
dengan senyum syahdu aku terharu

perempuan dalam kardus
senja itu akan meluruskan langkah
selagi engkau masih membiasakan diri akan mati
setapak tiada tangis menghiasi wajah kusam

habis senja kini malam menyapa
berselimut dengan canda hingga tawa
selepas pikir tiada peranakan akan engkau
sahut menyahut raga membara bertalu talu
parau lah sudah suara meraba

dodoy malam kini terusik oleh nafsu
bertahan jiwa saat aku jemu
pertahan kan dalam saat engkau bisikan kerinduan

adalah perempuan dalam kardus
isi tangis masih ku inginkan dengan merayu
sebab melaga cahaya keburaman

dumai, 19 september 2010
syahrul affandi bin jalaluddin rozali

setengah hati dalam sekam

hahahaa..
katika kau berkata dan berbicara
aku tertawa dengan keras
bukan hina dan janggalan kulontarkan padamu
hanya ragu mengirim pesan ke dadaku

seperti nuri berkicau
bagai beo bicara
tiada makna hanya gundah gulana

aku merasa jiwamu hilang
aku 'aku bukan kau yang mengata
sebab dirimu menggunakan topeng diwajahmu

ini malam aku dan kau berunding di mejanya
mangalahkan pembicaraan sang wakil wakil
debatan hebat menhujan seketika itu'
yang kau rayu akan mampu

aku kalah dalam katamu
sebab aku tau apa yang telah berlaku
seperti angan dan mimpi memutari pikiran
seperti jiwa dikendalikan oleh amarah

seandainya engkau mampu akan itu
aku takjub dan iri akan engkau
berselimut syahdu mesra

sedari tak mampu menguncangkan tembok berlin
engkau berkata memecahkan tembok china
syahdan cerita akhir tahun...

dumai, 16 maret 2008
syahrul affandi bin jalaluddin rozali