Jumat, 23 September 2011

sajak "31 Agustus 2011"

sempat bertandang ke rumah sedarah
aku menjulurkan nafas dalam pagi selepas idul
meminta ridur dipelukan tuhan

sedang engkau bergejolak di rahim mu
meronta  terjang pintu dunia
ingin mencium aroma kehidupan berrealita
ibumu menangis bertahan raga
mencoba bertahan menahan rasa
perih tak teragu
keringat dingin, air mata serta darah di selangkangan bertumpahan

telah lengkap usia bulan 
engkau bertasbih di rahim
segera membuka diari
kusebut engkau Muhammad

tangis kecil ibumu beriring diperjalanan
namun tegar dan tabah segala hina
tak kuasa berlomba waktu mengejar kenikmatan
berhadap serta kematian
kupanggil engkau wahai Siddiq

setelah asar bersiar
seragam putih mengejar kesibukan
lalu aku berpaling dihadapan ibumu
pekik teriakan engkau terlaksana
yang membawakan segumpal harapan untukku
dari sejumut rambut berlumur darah hingga aku tiada bertumpu
kan kudendang engkau si Al Khawarizmi

kini engkau telah bernafas...
meski tangismu berjalan serentak
aku tetap ingat wahai engkau
Muhammad Siddik Al Khawarizmi

Dumai, 23 September 2011
dua puluh empat hari setelah engkau dilahirkan...

Rabu, 04 Mei 2011

Mari Bersihkan Sungai ! Menuju Wisata Kuala Sungai Dumai 2012




Sungai Dumai merupakan salah satu dari 16 sungai di kota Dumai yang bermuara di selat Rupat. Sungai Dumai memiliki panjang lebih kurang 15 km berhulu di Tasik Bunga Tujuh Bukit Jin dan daerah aliran sungainya membelah kota,terdapat lebih kurang 7,9 km atau seluas 52,66 persen bantaran sungai telah menjadi wilayah hunian dengan beberapa aktifitas penghasil limbah ditambah dengan tekanan alur keluar masuk angkutan manusia dan barang. Disungai ini tempat terjadi legenda atau sejarah Putri Tujuh yang mengandung unsur buah belukap dari kejadian masa lalu yang menjadi jati diri suatu peristiwa budaya di Dumai selama ini. 

Bakau Belukap (Rhizophora Mucronata) merupakan salah satu jenis bakau yang mengalami kepunahan di sungai Dumai. Kepunahan ini akibat ekploitasi sebagai bahan baku arang dulunya, dimana panglong (tempat produksi arang)terdapat di Pangkalan Bunting di muara sungai Dumai, ini salah satu contoh memperlakukan alam tanpa memikirkan generasi ke depan, tebang tanpa ada aksi penanaman kembali, akibatnya telah terjadi kepunahan jenis bakau ini di sungai Dumai bahkan generasi Dumai saat ini sudah tak mengenalinya lagi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi ini maka Pecnta Alam Bahari melakukan penanaman kembali pada tahun 2002. Dan pernah ada satu batang yang alami yang dipertahankan pada tahun 2001 di Pulau Ancak (delta kuala sungai Dumai, inipun akhirnya oleh PT. Pelindo untuk pengembangan Pelabuhan Rakyat Phase III di muara sungai Dumau lalu mengantikan pohon bakau belukap ini dengan sebuah tugu bakau, tapi tugu itu sampai saat ini belum dibangun.

Dari Legenda Putri Tujuh ini masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil dari kata “d‘umai” yang selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala ketika melihat kecantikan Putri Mayang Sari atau Mayang Mengurai. Di Dumai juga bisa dijumpai situs bersejarah berupa pesanggarahan Putri Tujuh yang terletak di dalam komplek kilang minyak PT Pertamina Dumai. Selain itu, ada beberapa nama tempat di kota Dumai yang diabadikan untuk mengenang peristiwa itu, di antaranya: Kilang Minyak milik Pertamina Dumai diberi nama Putri Tujuh ; Bukit Hulu Sungai Umai tempat pertapaan Jin diberi nama Bukit Jin.

Potensi SDA :
- Keanekaragaman Mangrove Pesisir Sungai
- Situs Legenda Putri Tujuh
- Wisata Religi, Ziarah Makam Tua
- Pemandangan Unik, Lalu Lintas Kapal Perdagangan

Senin, 02 Mei 2011

mantera senepak

long hati ....atah maen polong...
polong kami bawah kelambu..
atas tepak umah beghantu...
hantu kodong menyembah polong.....
polong diam tak tersambung.....




Kamis, 28 April 2011

Selasa, 29 Maret 2011

cerpen "sekolah"

Sekolah

Setelah aku dikeluarkan dari sekolah akibat kasus yang begitu memalukan keluarga, aku tak pernah bermimpi lagi untuk mencapai kesuksesaan. Hidupku menjadi semakin tak terurus, orang tua ku seperti tak mau ambil pusing dengan apa yang aku lakukan sehari hari. Aku mengerti dengan tingkahnya seperti itu kepadaku. Maklum, dengan keadaan ekonomi orang tuaku tak seperti pejabat di pemerintahan, hal inilah yang menyebabkan mereka tak sanggup lagi membiayai sekolahku untuk ke depannya. Tiga bulan berlansung, hidup dihabiskan dengan mengalami profesi sebagai gelandangan jalanan, apapun dilakukan untuk mencari kebahagiaan dunia hingga suatu saat mantan guruku menghampiri dengan wajah iba “apa kau tak mau sekolah lagi?”. “aku ingin sekolah bu, tapi”,…”tapi apa?”,”tapi orang tuaku tak punya uang untuk membiayai sekolahku”. Ibu Lastri yang kerap dipanggil bu Las itu terdiam, terpana melihat tubuh dekil ini. Ia mengajakku untuk melanjutkan sekolah ku yang sempat terhenti selama tiga bulan, akan tetapi tidak di sekolah yang lama, ia bermaksud untuk melanjutkan sekolah ku di tempat ia mengajar sekarang.
Ibu Lastri memang dikenal sebagai guru yang ramah, tak heran jika hampir seluruh siswa senang kepadanya. Semenjak ayahnya meninggal dunia ia membebani kehidupan keluarganya seorang diri, mencoba mengajar di sekolah dengan status honorer hingga ia diangkat menjadi Pegawai Negeri dan dimutasikan di sekolah yang baru sekarang. “sudahlah sur, hentikanlah kerjaan mu sekarang ini, ibu akan usahakan kau sekolah di tempat ibu mengajar sekarang dan nanti kau masuk sekolah lewat program beasiswa anak miskin”. Aku terdiam, terkejut. “Ah…tak mungkin aku bisa sekolah lagi, tak mungkin “bicaraku dalam hati. Bu Las terus mendesakku hingga menyadarkan aku bahwa sekolah itu amatlah penting.” Baik bu, besok aku sekolah, terima kasih bu”. Pembicaraan kami terhenti oleh suara handphone buk las berdering dengan keras, sepertinya ada hal yang lebih penting yang akan dilakukan buk las dari pada Ia harus menemui anak gelandangan ini.
Senin pagi aku mulai mengikuti upacara bendera. Dengan pakaian baru yang diberi oleh bu Las aku merasa percaya diri untuk sekolah, uang jajan? Ah.. jangan dipikirkan, yang penting aku sekolah. Kelak akan menjadi kebahagian tersendiri dalam hidupku nantinya. Aku mengambil barisan dikelas dua tepat berada disamping Roni, teman sekelasku yang kebetulan ku kenal di jalan saat hendak berangkat ke sekolah. Satu persatu pembawa acara membacakan urutan isi acara. Semua siswa khidmad mengikuti proses jalanannya upacara bendera itu, tenang, sunyi, hanya suara protocol yang terdengar.
Upacara itu tak berlansung lama, sekitar sepuluh menit berlansung, Pembina upacara mulai berbicara dengan gagah dan lantang seraya membicarakan tentang kedisiplinan sekolah. Aku mulai mulai muak dengan pidato itu. Setiap kali sang Pembina sekolah berpidato di hadapan siswa selalu membicarakan tentang kedisiplinan hingga tak jarang para siswa selalu bosan dengan pidatonya. Suaranya terhenti, bapak Pembina kaget melihat seseorang siswi jatuh pingsan di hadapannya. Semula semua guru beranggapan biasa saja, “mungkin itu Cuma pingsan biasa saja, belum sarapan pagi tu” tegas Roni berbicara pelan kepadaku. Siswi tersebut dibawa keluar lapangan dengan ditandu oleh pasukan PMR sekolah. Setelah semua usai, Pembina melanjutkan kembali pidatonya dan terhenti kembali ketika ada teriakan histeris dari salah satu siswi di barisan depan. Suara teriakan itu sangat hebat, jantungku ku berdebar dengan kencang mendengarnya, “ini bukan teriakan biasa” aku mendengar salah satu siswa berkata. Semua mata tertuju pada nya. Sebagian guru mulai panic dengan keadaan,  tak heran kepanikan itupun menjalar ke sebagian siswa yang lainnya. Mulai satu persatu pelajar siswi berjatuhan ikut pingsan, suara teriakan histeris pun terdengar kembali di barisan siswa kelas satu, suasana heboh itu berlansung hebat, hingga Pembina upacara mengehentikan pidatonya dan berlari ke barisan siswa. Kepala sekolah yang terpaku menggigil melihat kejadian ini memutuskan untuk menghentikan upacara. Pembina UKS dan pasukan PMR segera memberikan pertolongan kepada siswa yang pingsan, satu persatu dievakuasi ke dalam ruang kelas yang tek begitu jauh dari lapangan upacara. Jumlah siswa yang pingsan semakin bertambah, suara teriakan histeris semakin mengoyakkan gendang telinga, aku heran dengan apa yang terjadi.
Sebelumnya peristiwa seperti ini pernah terjadi di sekolah ini, namun kejadian seperti ini terjadi sekitar delapan tahun yang lalu, dimana sebanyak dua belas siswi jatuh pingsan dalam waktu yang bersamaan pada saat upacara bendera. Masyarakat setempat menduga bahwa selama ini pihak sekolah tidak pernah menyemah lokasi sekolah semenjak sekolah itu berdiri. Oleh Karena itu, menurut masyarakat bahwa hantu yang mendiami sekolah itu marah kepada pihak sekolah dan menganggu siswa-siswi saat pembelajaran berlansung. Waktu itu pihak sekolah memanggil dukun untuk mengobati para siswa yang terganggu oleh hantu tersebut dan mengusir hantu itu dari perkarangan sekolah. Aku yang tak percaya dengan hal gaib ini hanya diam dan beranggapan bahwa apa yang terjadi sekarang ini hanya sekedar kebetulan saja. “Ah… mana mungkin ada hantu di sekolah ini, padahal sekolah ini berdiri sejak tujuh puluh lima tahun yang lalu”. Sautku berbicara sendiri di sela sela kesibukan guru mengevakuasi siswi. Akan tetapi, jumlah korban yang mengalami kerasukan hantu itu mulai bertambah banyak, tangisan para rekan  korban terdengar di sana sini, teriakan kepanikan pun berebutan masuk ke gendang telinga. Bu Las mencariku, dari wajah nya terlihat rasa cemas dan menghampiriku dan berkata.
“kau baik baik saja surya?”
“aku baik baik saja buk, sebenarnya apa yang terjadi di sini ?”
“kepala sekolah mengatakan bahwa hantu sekolah ini sedang marah, sekarang ada sekitar dua puluh tiga pelajar terkena oleh kemarahannya, kau jangan berdiam diri dan melamun, cepat kau bantu temanmu yang pingsan itu” perintah buk lastri kepada ku dan ia pergi dengan wajah pucat pasi meninggalkan ku. Tak terbayangkan bahwa sekolah yang telah ku huni ini memiliki misteri yang begitu amat rahasia. Aku tak menyangka akan terjadi seperti ini, hari pertama ku masuk ke sekolah ini diwarnai oleh kejadi yang menurutku sangat aneh.
Pak Nurdin selaku guru agama islam di sekolah ini mencoba untuk mengusir hantu sekolah dengan membaca beberapa ayat al-quran berulang kali. Komat kamit mulutnya tak terhenti terus membaca dengan sigap. Sebagian siswa-siswi yang masih sadarpun ikut bergabung bersama pak Nurdin membaca alquran. sedangkan kepala sekolah sibuk meminta pertolongan kepada masyarakat yang berada persis di depan sekolah.
Saat melihat jam dinding di depan kelas, waktu menunjukan jam Sembilan pagi. Suasan di sekolah belum terkendali, sebagian siswa yang pinsan dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan lanjutan.kepala sekolah mengambil tindakan untuk meliburkan dan menyuruh seluruh siswa untuk pulang ke rumah masing masing. Aku yang masih terdiam tidak mau pulang ke rumah. Apa yang akan ku kerjakan jika ku di rumah? Ah..lebih baik aku di sini saja menemani buk las yang sedang membantu siswi yang menjadi korban ini. Aku bingung, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan di sini. Sebagai siswa baru di sekolah ini tentu sebagian besar pelajar dan guru di sini belum mengenalku. Tetapi aku tetap bertahan di sekolah meski penjaga sekolah sudah mengusirku dari sekolah. Aku ingin melihat ending dari kejadian ini, aku berusaha membantu guru mendampingi korban. Kepala sekolah yang tadinya merasa cemas terhadap peristiwa ini sudah mulai merasa lega, aku mendengar bahwa ia menghubungi pak Sutrisno. Dukun yang dianggap hebat oleh masyrakat setempat mampu dan berkeingin untuk membantu pihak sekolah dalam usaha penyembuhan siswa yang dipercaya telah dirasuki oleh makhluk halus itu.
Keadaan semakin sepi, sebagian besar pelajar sudah pulang ke rumah mereka masing masing, hanya tinggal beberpa pelajar saja yang masih berada di sekolah, termasuk aku. Suasana mencekam menunggu kedatangan pak Sutrisno ke sekolah. Tak banyak yang dapat diperbuat selain menunggu. Isak tangis sang korban mendayu dayu, sesekali berteriak kesakitan. Tak lama kemudian pak Sutrisno datang dengan membawa perlengkapan pengobatannya, di tangan kanan nya terlihat seperti memegang keris. Kedatangannya disambut lansung oleh kepala sekolah seraya menceritakan apa yang telah terjadi. Pak Sutrisno lansung menuju ke ruangan kelas dimana tempat para siswa dievakuasi, satu persatu beliau memeriksa keadaan siswi sambil menyebutkan mantra-mantra yang tidak pernah aku mengerti apa sebenarnya mantra itu. Biarlah, aku hanya bisa melihat gelagat pak sutrisno mengobati, meskipun aku tidak pernah percaya dengan dukun namun aku tidak melarang dukun yang berusia sekitar tigapuluhan itu mengobati satu persatu siswa. Ia meminta satu suing bawang putih kepadaku, aku berusaha mencari dan memberinya bawang putih itu. Namun, entah keajaiban apa yang ada pada dukun itu satu persatu siswa mulai sadar, hanya tinggal Yuni siswi kelas dua itu yang belum sadar. Pak sutrisno amat kualahan menghadapi hantu yang merasuki tubuh Yuni hingga berlansung sampai sore hari. Para siswi yang telah sadar lansung di beri minuman yang telah dimantrai dan di bawa pulang ke rumah mereka masing masing. Beberapa guru pun mulai beranjak pulang ke rumah.
Di sekolah, aku, pak dukun, kepala sekolah, buk las dan beberapa guru senan tiasa menemani Yuni hingga sadar, namun sudah jam tiga sore pun Yuni yang masih belia itu masih tergeletak lemah di atas meja kelas yang di alas dengan kasur gabus milik UKS sekolah. Tak lama beberapa menit kemudian, sang dukun yang mulanya dianggap hebat oleh masyarakat ternyata takluk oleh hantu yang merasuki tubuh Yuni. Teriakan dan pemberontakan hantu yang berada di di dalam tubuh Yuni semakin menjadi jadi. Terlihat tampak menyerah sang dukun memerintahkan kepada sekolah untuk dibawa pulang pelajar wanita itu dan pengobatan disambung di rumah Yuni. Guru yang masih berada di sekolah mulai membereskan perlengkapan kerja dan beransur-ansur meninggalkan sekolah. Aku yang masih bengong ikut menyertai pulang dan tak ingin masuk ke sekolah lagi sebab rasa takut yang selalu mengahantuiku meski Buk Lastri merayuku.


Dumai, Maret 2011
Syahrul Affandi bin Jalaluddin Rozali

cerpen "Kado ulang tahun dari Ayah"

Kado ulang tahun dari Ayah
Seumur hidup aku tidak pernah berbicara dengan ayah, bergurau bersama atau menerima kasih sayang dan timangannya. selama ini hanya ada aku dan ibu di rumah ini, ibu yang membesarkan dan mendidiku tanpa sentuhan sedikitpun dari seorang suami yang selalu didambakan. Namun kali ini ayah akan memberikanku sebuah kado di hari ini. Hari yang merupakan hari kelahiranku di atas dunia. Kata ibu, kado itu diberikan ayah sebelum aku dilahirkan di dunia. Selama ini ibu menyimpannya dan merahasiakan bahwa aku telah diberi kado oleh ayah. Ibu pernah cerita bahwa kado yang diberi ayah itu sengaja ia simpan tanpa sepengetahuanku sebab itu merupakan pesan yang di sampaikan ayah kepada ibu ketika ibu menerima kado itu. Kado itu akan diberikan ibu kepadaku tepat diusiaku yang ke dua puluh tahun. Sekarang hari itu telah tiba, kini usiaku pun telah mencapai dua puluh tahun. Hari ini adalah hari ulang tahun ku.
Sebagai anak satu satunya hasil dari perkawinan antara ayah dan ibu. Aku menjadi anak yang kurang bisa diharapkan oleh orang tua, kerap kali perbuatanku menjadi perbincangan serius oleh kaum ibu-ibu di warung kelontong. Selama ini keinginan ku selalu dipenuhi hingga aku pun selalu melakukan hal yang terasa nikmat dalam hidup bahkan terjerumus di dunia hitam pun aku lakukan untuk memenuhi hasrat birahi yang diwariskan oleh ayah. Temanku seorang dokter psikologi pernah berkata bahwa apa yang aku lakukan merupakan hasil dari ketidak perhatiannya orang tua kepada anaknya seperti aku dan ini merupakan tingkah laku anak yang tidak pernah mendapat didikan secara maksimal dari kedua orang tua. Ditambah lagi dengan lingkungan di sekitar rumah. Maklum lingkungan pasar yang selalu ku hadapi. Itu perlu aku akui sebab selain ayah yang tak pernah mendidikku secara lansung dan ibu yang mendidikku hanya sedikit dari kehidupanku dikarenakan kesibukannya di pasar.
Sejak ayah meninggal dunia, nasib keluarga ku semakin berantakan, tak ada lagi yang bisa memenuhi kehiduan seharihari dari keluarga. Ayah meninggal dunia sebelum aku dilahirkan di dunia ini. Ibu pernah cerita tentang ayah. Ia seorang lelaki yang penuh dedikasi dan tanggung jawab terhadap keluarga meski ia kerap meninggalkan ibu dalam waktu cukup lama sebab tugas pelayaran yang dilakoninya. Cukup mengharukan ketika ia menceritakanya kepadaku. Tapi sayang, aku tak pernah berjumpa lansung dan bertatap mata dengan ayah. Tapi biarlah, mungkin dengan kado pemberiannya bisa mengurangi rasa kerinduan dan aku merasa telah menerima kasih sayang dari nya.
Usai berjualan di pasar  ibu tampak murung, di raut wajahnya terlihat rasa kebingungan yang luar biasa  namun aku tak begitu memperdulikan kenapa ibu sekarang. Ibu yang tampak tak bersemi di wajahnya itu selalu menatap dan memperhatikan setiap tingkah laku ku. Ah…mungkin itu perasaanku saja. Ibu kan selalu berbuat begitu kepadaku, biasanya setiap kali ibu berwajah murung itu pertanda bahwa dagangan ibu hari ini kurang laris begitu juga sebaliknya. Setiap pagi, ibu pergi menjual dagangannya di pinggir jalan  yang berada persis di pintu gerbang menuju pasar tradisional. Ia tak sanggup untuk menyewa sebuah kios di dalam blok pasar rakyat itu, katanya terlalu mahal untuknya dan tidak sesuai pendapatan dengan pemasukan. Ibu bukanlah pedagang kain yang besar, dagangannya hanya cukup untuk memenuhi kehidupan kami selama ini.
Namun tidak kali ini, dagangan ibu habis terjual, ia pulang ke rumah agak sedikit cepat dari pada biasanya, akan tetapi mengapa ibu murung. Padahal hari ini adalah hari ulang tahunku. Seharusnya ia lebih sedikit bahagia dari hari biasanya. “bu, hari ini kan hari ulang tahunku, aku heran dengan ibu, kenapa ibu tampak sedih begitu? Ibu kenapa?”. Hanya senyuman yang terlintas di bibirnya ketika pertanyaan itu terlontarkan. Ia bergegas masuk kedalam kamar tidurnya yang hanya berukuran dua kali tiga meter itu dan segera keluar dengan membawa sebuah paket berbentuk kotak kecil yang dibungkus dengan kertas padi berwarna kuning dan meletakan ke atas meja makan yang berada tepat di samping kursi yang kududuki dan lalu duduk di kursi sebelah ku. Mataku tertuju pada bingkisan tersebut, mungkin ini kado yang dimaksud oleh ibu. Kado yang diberikan ayah untuk ku semasa aku masih dikandungan itu. Kado yang menjadi rahasiaku selama ini, kado yang membuatku penasaran apa isi di dalamnya. “itu kado dari ayahmu, hari ini engkau berhak untuk membuka kado itu, buka lah…!!” perintah ibu kepada ku. Hatiku gembira tidak tertahan menerima kado pemberian ayah tersebut. Namun mengapa ibu diam. Tak tampak sedikitpun keceriaan di wajah mungilnya. akupun terdiam dan membisu dengan senyap tanganku menggapai kado dambaan hati dan jemariku mulai menyobek satu persatu kertas bungkusan kotak kecil yang diperkirakan hanya sebesar kotak sepatu. Kotak itu masih utuh dan belum pernah dibuka sebelumnya. Sedikit demi sedikit sampul kotak itu mulai habis. Rasa berdebar dan gembira menyemat di pikiran. Maklum, baru kali ini aku mendapat kado special di hari ulang tahunku. Kegembiraanku semakin memuncak saat aku mulai membuka tutup kotak yang terbuat dari kardus bekas itu. Tak ada yang berharga di dalam bingkisan kado, hanya ada sebuah photo seorang lelaki yang berdampingan dengan seorang perempuan yang cantik jelita dan terlihat lebih muda dari pada pria separuh baya itu. Tersentak mata ini terpana kea rah photo dan memandang wajah wanita berkulit putih yang memberikan senyuman dingin kepadaku sambil memeluk tubuh ayahku tersebut. Di bawah photo itu ada pula sepucuk surat kecil seperti pesan pendek dari ayah.
Ibu beranjak dari kursi mengambil segelas air mineral dan kembali duduk di kursinya kemudian ia mulai menceritakan apa yang terjadi sebenarnya secara bertahap kepadaku . Aku mendengar perkataan ibu sambil memengambil photo dan surat itu keluar dari kotak dan berhenti sejenak terkejut mendengar ibu berkata “aku adalah ibu tirimu” gumam ibu dengan nada kecil sambil meneguk segelas air mineral, “apa maksud ibu”, “ ya….aku adalah ibu tirimu yang dinikahi ayahmu ketika kapalnya bersandar di kotaku”. Aku melepaskan photo dan surat itu dari genggaman, menatap ibu dan terdiam, sementara ibu masih menggenggam gelas kaca dan melanjutkan kembali ceritanya.  “ayahmu  meninggal dunia karena serangan jantung yang di deritanya. Ibumu datang ke kotaku setelah setahun ayahmu meninggal dunia, kemudian ia menitipkan sebungkus kado kepadaku. Ia juga memberikan seorang anak kepadaku untuk diasuh dan tak lupa ia menyampaikan pesan ayahmu tentang kado itu. Anak itu adalah kamu. Sampai saat ini ibumu tak pernah kembali lagi” cerita ibu kepadaku sambil sedu sedan menahan tangisan. Semula aku tak percaya dengan cerita itu, namun ibu membuktikan semua ceritanya dengan menunjukan photo ayahku yang lainnya sehingga aku mulai percaya dengan apa yang diceritakannya.  serasa nadi berhenti dan badan menggigil mendengar pernyataan wanita separuh baya yang duduk di sebelahku. Tak terbayangkan nasibku hingga seperti ini. Di hari ulang tahunku yang ke dua puluh tahun ini aku diberi hadiah yang tak bisa ku lupakan sampai akhir hayatku.
Ia diam  menghampiri dan memelukku dengan erat seraya mengeluarkan tangisan kecil sedu sedan. Kegembiraanku telah takluk oleh tangisan ibu. Heran dan bingung dengan kondisi yang terjadi namun aku tetap kembali mengambil dan membaca surat kecil dari ayah itu. Anakku..!! ini photo satu satunya yang kupunya dan ku berikan photo ini untuk mu, ini photo aku dan ibu mu ketika kami baru seminggu menikah. Itu tulisan yang ku baca dari surat kecil yang ada di dalam kotak kado kecil. Pikiran ku berhenti sejenak ketika usai membacanya. Aku heran dan bertambah bingung ketika melihat wajah ibuku tidak serupa dengan wajah yang ada di dalam photo itu. Semakin bingung semakin itu pula ibu menangis terharu dan memelukku. Namun keherananku terhadap tidak serupanya wajah ibuku dengan photo itu telah reda setelah ibu menceritakan yang sebenarnya. Namun aku mulai mengeluarkan air mata berlahan lahan, air mata it uterus mengalir tanpa henti membelah pipiku.
Aku memperhatikan wajah wanita yang ada di photo itu secara cermat. Makin ku lihat wajah itu makin ku tangis diriku. Tangisanku semakin pecah setelah melihat dengan sempurna wanita yang ada di dalam photo itu. “Ya..aku mengenali perempuan ini dan aku tau di mana ia sekarang” aku menyata sambil menunjukkan lembar photo itu kepada ibu. “kamu kenal dia”, “kenal bu, bahkan sangat kenal”, tampak raut heran di wajah ibuku, mungkin sedikit terkejut dengan pernyataanku tadi. “wanita ini……wanita ini adalah pelacur yang pernah ku tiduri bu” akuku kepada ibu. Tak terbendung air mata ibu mengalir di pipinya sambil memelukku dengan erat. Hm…..Tangisanku semakin menjadi jadi bukan karena aku ditinggal pergi oleh pasangan yang berdampingan senyum di dalam photo itu, akan tetapi karena aku telah meniduri wanita yang dipelukan ayahku itu. Wanita yang ku kenal sebagai pelacur. Wanita itu yang kukenal di sebuah diskotik tempat ku biasa melampiaskan hawa nafsu. Wanita itu adalah wanita yang ku bayar seharga tiga ratus lima puluh ribu rupiah untuk setiap kali ia menemaniku dalam waktu semalam dan wanitu itu juga yang selalu melakukan hubungan intim  bersamaku dan mengaku bernama Marisa.

dumai, 2011
oleh : Syahrul Affandi bin Jalaluddin Rozali

Kamis, 10 Februari 2011

umang umang tanduk

umang umang tanduk

oleh Senepak Duri pada 12 September 2010 jam 2:55
Umang umang tanduk

Umang umang tanduk
Ketika manusia datang
Ia sibuk bersembunyi di dalam cangkang

Ketika manusia pergi
Ia sibuk mengeluarkan capit
Seolah olah hendak mencapit manusia tadi
Seperti hendak jadi pahlawan
Terhadap umang umang yang lain

Engkau lah umang umang tanduk yang bersembunyi di balik batu
Hanya berani ketika anak belanak tiada
Di tempat engkau di balik batu

Kau tegakkan kedua capitmu dengan gagah berani
Kau plototi kedua matamu dengan garangnya
Kau juga tampakkan wajah sangarmu di depan umang umang betina di dekatmu

Padahal….
Itu hanya scenario dari umang umang sebagai status bahwa kau adalah umang umang yang tampan dan gagah berani

Bukan labi labi, bukan kura kura, bukan juga senepak
yang binatang paling takut dengan manusia
dan juga anak belanak…

jelas dan nyata mereka hanya bo

akan tetapi…
umang umang pandai bersandiwara
jika takut ia akan pandai berusaha merayu
yang meluluhkan hati para pemangsanya
jauh lebih lembut gigi dari pada lidah

dan tetapi….
Jika pemangsa nya pergi
Ia akan tunjuk gigi

Itulah umang umang…

Dumai, 25 agustus 2010
Syahrul affandi bin jalaluddin rozali

bungaku II

bungaku II

oleh Senepak Duri pada 12 September 2010 jam 2:24
Sekuntum bungaku indah mekar
Mengisi taman dihatiku
Subur, cantik dan tak sebanding dengan bunga bunga yang lain

Sebentar lagi
Hari yang ia tunggu telah tiba
Sebentar lagi
Hari kebahagian bungaku akan muncul di depan mata
Mungkin hari itu akan menjadi hari yang paling bahagia antara aku dan dia
Mengukir sejarah walau masih muda
Untuk meniti kebahagiaan di masa depan

Dumai, 13 oktober 2005
Syahrul affandi bin jalaluddin rozali

penguasa tamak

penguasa tamak

oleh Senepak Duri pada 12 September 2010 jam 2:29
Bila semua kan terjadi
Sepatu kulit terkoyak di ujung jari
Keluar seperti keong tak bernyawa
Membusuk, terkelupas dan berdahak

Berita dimana mana
Hanya untuk mencari kekuasaan
Demi bantal yang dibawa setiap hari

Tak peduli agama, ras dan suku
Yang penting makan

Demi ternak cacing yang rakus
Berani merampas segalanya

Dumai, agustus 2005
Syahrul affandi bin jalaluddin rozali

bungaku I

bungaku I

oleh Senepak Duri pada 12 September 2010 jam 2:20
Aku heran dengan tingkah gelagak bunga ku yang selalu berduri
Yang selalu menusuk jiwa
Tajam bagai pedang pendekar
Yang tak mau kalah dengan musuhnya

Aku heran dengan sekuntum bungaku
Yang tak mau dihinggap seekor kumbang pun
Walau kumbang tanpak gagah berani
Apakah karena malu atau enggan melihat kumbang yang begitu tampannya

Sekian lama aku pelajari sifat bunga itu
Mungkin tak bisa dengan waktu cepat
Atau mungkin harus penuh kesabaran
Akan kuselusuri walau tubuhmu penuh duri

Dumai, Juli 2005
Syahrul affandi bin jalaluddin rozali

Senin, 07 Februari 2011

Legenda Putri Tujuh, Asal Kota Dumai

Legenda Putri Tujuh, Asal Kota Dumai

Sungai Dumai merupakan sungai yang membelah kota Dumai menjadi bagian Barat dan Timur. Disungai ini tempat terjadi legenda atau sejarah Putri Tujuh yang mengandung unsur buah belukap dari kejadian masa lalu yang menjadi jati diri suatu peristiwa budaya di Dumai selama ini.




Cerita rakyat Putri Tujuh adalah suatu cerita yang mengisahkan meningggalnya tujuh orang putri dari sebuah kerajaan yang ada di kota Dumai pada masa lalu. Tujuh orang putri meninggal secara tragis akibat dampak peperangan antara lerajaaam tersebut dengan kerajaan dari Aceh. Secara ringkasnya dapat disampaikan ceritanya disini:

Pada amasa lampau terdapat sebuah kerajaan bernama kerajaan Sei Bunga Tanjung yang berada di hulu sungai Dumai. Rajanya bernama Bakrum Syah Alam atau dikenal dengan sebutan Lembang Jagal berasal dari kearajaan Muara Takus (kecamatan XIII Koto Kampar). Beliau mempunyai tiga orang putri yang diasuh oleh empat orang pengasuh (dayang). Ke tiga orang putri itu bernama Putri Lindung Bulan, Puteri Mayang mengurai, dan Puteri Ketimbung Raya. Empat orang dayang pengasuh itu bernama Puteri Awan Panjang, Puteri Perdah Patah dan Puteri Mustika Kencana.

Raja Lembang Jagal mempunyai juga mempunyai seorang ponakan bernama Cik Sima yang tinggal bersamanya. Cik Sima tertkenal dengan kecantikan dan kecerdasannya dan aktif menyelesaikan persoalan-persoalan lerajaan terutama masakah perempuan. Sehingga ia sangat berpengaruh dalam kerajaan, lalu mendapat sebutan Ratu Cik Sima.

Kecantikan Ratu Cik Sima telah lama diketahui oleh Raja Aceh dan sehingga ia ingin meminangnya. Pinangan diasampaikan oleh utusan Raja Aceh ke Kerajaan Sri Bunga Tanjung, namun Cik Sima menolak pinangannya. Setelah penolakan pinangan disampaikan oleh utusan, Raja Aceh datang ke Kerajaan Sri Bunga Tanjung untuk meminangnya seacara kangsung. Namun pinangan tetap ditolak. Karena merasa terhina atas penolakan tersebut Raja Aceh kembali ke Aceh dan mengancam akan kembali untuk menyerang Kerajaan Sri Bunga Tanjung.

Mengetahui adanya ancaman tersebut Raja Lembang Jagal mempersiapkan pasukan perang dan mendirikan benteng yang terbuat dari tanah liat di sungai Dumai. Sedangkan persiapan penyelamatan terhadap puteri-puterinya ia menyembunyikan mereka ke dalam sebuah lobang (goa) termasuk empat orang dayangnya. Tak lama kemudian pasukan Raja Aceh datang menyerang dan pertempuran pun terjadi. Dalam pertempuran pasukan Raja Aceh lebih kuat dibanding pasukan kerajaan Sri Bunga Tanjung. Namun tiba-tiba pertempuran terhenti ketika salah seorang pasukan Raja Aceh berteriak detengah pertempuran. Ia memberitahukan bahwa raja mereka yang berada di kuala sungai Dumai dalam keadaan terluka bersimbah darah. Paukan Aceh pun akhirnya meningggalkan medan perang dan pergi menuju kuala sungai Dumai. Di kuala sungai Dumai, sebelum wafat Raja Aceh bersumpah, "tidak akan selamat keturunan Raja Sri Bunga Tanjung." Setelah itu raja Acehpun wafat.

Raja Aceh wafat karena tertusuk oleh buah bakau yang jatuh menimpa. Buah bakau belukap menancap ke tubuh Raja hingga menembus perahunya. Kemudian jenazah raja dimasukkan ke adalam sampam tunda untuk dibawa pulang . Dalam perjalanan pasukan Raja Aceh singgah di muara sungai Mesjid. Di sini mereka mendirikan bangsal untuk megurus jenazah dan membuat keranda. Keesokkan harinya mereka melanjutkan perjalanan. Tetapi dalam perjalanan sampan yang membawa mereka terlau banyak muatan.  Sesampai di Tanjung Penyembal pasukan lalu membuang gong untuk mengurangi beban sampan. Setelah itu lalu pasukan melanjutkan perjalanan menuju Aceh.

Sementara itu setelah situasi di medan pertempuran sudah tenang Raja Sri Bunga Tanjung ingin mengetahui keasaan puteri-puterinya yang berada di tempat persembunyian tetapi sesampainya ditempat persembunyian tersebut ternyata tiga orang pueri dan empat orang dayangnya telah wafat. Kematian ini adalah buah dari sumpah Raja Aceh. Tiga orang puteri Raja Lembang Jagal beserta empat orang pengasuhnya disebut dengan Puteri Tujuh.

Kisah Puteri Tujuh mengandung nasehat bahwa kekuasaan dan kekuatan dapat membawa kesombongan sehingga ia merasa segala keinginannya harus dipenuhi. Sedangkan kekuasan itu hanya berada di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebagian asyaraakat Koata Dumai menyatakan bahwa kisah Puteri Tujuh adalah sejarah dan sebagian ada yang menyatakan itu hanya legenda.Lepas dari sejarah atau legenda di sungai Dumai, bahwa cerita Puteri Tujuh telah membuat sungai Dumai memiliki kekhasan tersendiri dengan terdapatnya peristiwa buah bakau BELUKAP dan dapat menjadi jati diri Sungai Dumai umumnya maupun Kota Dumai khususnya.
 
Catatan Kaki :
 


Belukap (riizophora mucronata) merupakan salah satu jenis bakau yang mengalami kepunahan di sungai Dumai. Kepunahan ini akibat ekploitasi sebagai bahan baku arang dulunya, dimana panglong (tempat produksi arang)terdapat di Pangkalan Bunting di muara sungai Dumai, ini salah satu contoh memperlakukan alam tanpa memikirkan generasi ke depan, tebang tanpa ada aksi penanaman kembali, akibatnya telah terjadi kepunahan jenis bakau ini di sungai Dumai bahkan generasi Dumai saat ini sudah tak mengenalinya lagi.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi ini maka Pecnta Alam Bahari melakukan penanaman kembali pada tahun 2002. Dan pernah ada satu batang yang alami yang dipertahankan pada tahun 2001 di Pulau Ancak (delta kuala sungai Dumai, inipun akhirnya oleh PT. Pelindo untuk pengembangan Pelabuhan Rakyat Phase III di muara sungai Dumau lalu mengantikan pohon bakau belukap ini dengan sebuah tugu bakau, tapi tugu itu sampai saat ini belum jua dibangun.
 
 

 Makam Ayahanda Putri Tujuh , Sungai Masjid Dumai.
Sumber : 
Bpk. Darwis Moh. Saleh (Koordinator Pecinta Alam Bahari dan Peraih  Penghargaan Kalpataru sebagai Tokoh Penyelamat Lingkungan Hutan Mangrove Muara Sungai Dumai, Riau).

sajak kehidupan

sajak kehidupan

bayi
balita
merangkak
baru pandai
kaehidupan tiba
mulai berkembang
menjadi pemuda lajang
belajar dan sembah yang
ingat dosa dan pahala di badan
hingga hidup terang benderang
menjalani hidup siang dan malam
kuliah, belajar, mengaji dan bekerja
menikah menjalin hidup bersama istri
beranak pinak, bercucu, berbini
pensiun, berhenti dan di PHK
kulit keriput, tulang reput
membungkuk, batuk
tak berdaya, tua
lupa dunia
mati
dumai, jumat 15 januari 2010

tunjuk ajar melayu

tunjuk ajar melayu

Melayu

oleh Usman Awang

Melayu itu orang yang bijaksana
Nakalnya bersulam jenaka
Budi bahasanya tidak terkira
Kurang ajarnya tetap santun
Jika menipu pun masih bersopan
Bila mengampu bijak beralas tangan

Melayu itu berani jika bersalah
Kecut takut kerana benar
Janji simpan di perut
Selalu pecah di mulut
Biar mati adat
Jangan mati anak

Melayu di Tanah Semenanjung luas maknanya:
Jawa itu Melayu, Bugis itu Melayu
Banjar juga disebut Melayu,
Minangkabau memang Melayu,
Keturunan Acheh adalah Melayu,
Jakun dan Sakai asli Melayu,
Arab dan Pakistani, semua Melayu
Mamak dan Malbari serap ke Melayu
Malah mua'alaf bertakrif Melayu
(Setelah disunat anunya itu)

Dalam sejarahnya
Melayu itu pengembara lautan
Melorongkan jalur sejarah zaman
Begitu luas daerah sempadan
Sayangnya kini segala kehilangan

Melayu itu kaya falsafahnya
Kias kata bidal pusaka
Akar budi bersulamkan daya
Gedung akal laut bicara

Malangnya Melayu itu kuat bersorak
Terlalu ghairah pesta temasya
Sedangkan kampung telah tergadai
Sawah sejalur tinggal sejengkal
Tanah sebidang mudah terjual

Meski telah memiliki telaga
Tangan masih memegang tali
Sedang orang mencapai timba
Berbuahlah pisang tiga kali
Melayu itu masih bermimpi

Walaupun sudah mengenal universiti
Masih berdagang di rumah sendiri
Berkelahi cara Melayu
Menikam dengan pantun
Menyanggah dengan senyum
Marahnya dengan diam
Merendah bukan menyembah
Meninggi bukan melonjak

Watak Melayu menolak permusuhan
Setia dan sabar tiada sempadan
Tapi jika marah tak nampak telinga
Musuh dicari ke lubang cacing
Tak dapat tanduk telinga dijinjing
Maruah dan agama dihina jangan
Hebat amuknya tak kenal lawan

Berdamai cara Melayu indah sekali
Silaturrahim hati yang murni
Maaf diungkap senantiasa bersahut
Tangan diulur sentiasa bersambut
Luka pun tidak lagi berparut

Baiknya hati Melayu itu tak terbandingkan
Segala yang ada sanggup diberikan
Sehingga tercipta sebuah kiasan:
"Dagang lalu nasi ditanakkan
Suami pulang lapar tak makan
Kera di hutan disusu-susukan
Anak di pangkuan mati kebuluran"

Bagaimanakah Melayu abad dua puluh satu
Masihkan tunduk tersipu-sipu ?
Jangan takut melanggar pantang
Jika pantang menghalang kemajuan;
Jangan segan menentang larangan
Jika yakin kepada kebenaran;
Jangan malu mengucapkan keyakinan
Jika percaya kepada keadilan

Jadilah bangsa yang bijaksana
Memegang tali memegang timba
Memiliki ekonomi mencipta budaya
Menjadi tuan di negara Merdeka

sajak untuk emak

tangisan untuk emak

tangisan untuk emak

oleh Senepak Duri pada 16 Agustus 2010 jam 0:12
 
 
selaksana kasturi....
tempiaskan batin untuk keharuman
dari sudut sudut bingkai sang raja
untuk tetesan air mata ketika tiada
tergejolak hati tercampak muka

dirikan akan mawar....
terpandang rakus rakusnya nafsu
jerujikan hidung pada kenyataan
hingga menghina diri pada kebencian
dalam lubang yang amat terkecil oleh nista

setengah kamboja....
tak layak kutu untuk dipuji
tak layak duri akan jadi saksi
ketika menusuk mata  terlihat
tak layak lumpur debu untuk disemai
siakan nafas sahaja untuk dikenang
dan tak semesti air mata sebagai senjata kian menyerah

pucukan kenanga...
tlah akan terasa neraka ditelingaku
ketika air mata itu terteteskan sudah
karena akan aku melamar kedurhakaan
dari seginya untaian lidah

tebaslah ilalang ini...
sebab tak pantas lagi untuk dipijak
dilepas kaki kian merana
tiada faedah ntuk berpaling

emak....
maafkan aku.....

dumai, 16 agustus 2010
satu hari sebelum emak ku ulang tahun.
sajak untuk emakku.
syahrul affandi bin jalaluddin rozali

kaos melayu oblong

Memperkenalkan Riau Lewat Desain
oleh Melo Kaus Bertuah pada 26 Juli 2010 jam 20:51



APA yang Anda cari jika Anda berkesempatan mengunjungi sebuah kota baik di dalam maupun luar negeri ? Daftar panjang akan jadi jawabnya. Tapi setidaknya, ada satu yang paling penting, sesuatu sebagai cinderamata, sebagai memori, kenangan, peringatan akan tempat yang pernah Anda kunjungi itu. Barangkali tak hanya melulu untuk sebuah kenangan, karena bisa jadi itu sebagai simbol kebanggaan atas kota atau bagian dari kota tertentu. Sangat lumrah juga cinderamata jadi oleh-oleh buat mereka yang barangkali belum berkesempatan mengunjungi satu tempat.

Setidaknya sudah sejak 1500 tahun lalu para pelancong punya kebiasaan membawa pergi sesuatu dari tempat yang mereka kunjungi. Bentuknya bisa apa saja, dari yang sangat sederhana dan tanpa biaya semisal batu karang atau kerang dari laut hingga ke emblem, asbak, tas, tempat rokok, topi, kaos, mug, atau bahkan lukisan dan patung.

Terserah pilih yang mana, sesuai kocek. Yang penting, suvenir menjadi salah satu kekuatan dan penunjang pariwisata sebuah kota.

Bagaimana dengan Riau? Riau boleh dengan sombong dan lantang menyebut diri sebagai Propinsi Terkaya, dijuluki sebagai Kota Minyak. Entahlah, sampai di mana kepahaman pemerintah kota, khususnya Pemprop Riau, akan apa arti semua label itu. Di benak hampir semua orang sekarang, Riau identik dengan kurangnya sarana hiburan dan wisata. Tentu masih berderet lagi citra Riau yang tak enak didengar.

Menggerakkan wisatawan, baik dalam maupun luar negeri, untuk tak sekadar transit di Riau tapi menetapkan Riau sebagai tujuan tentu jadi tak mudah dengan semua kondisi yang kini sedang terjadi. Ditambah tak efektifnya pihak Dinas Pariwisata Riau yang tak juga mendorong tumbuhnya usaha kecil menengah (UKM) yang bersaing di bidang suvenir, khusus Pekanbaru, tentunya.

Buktinya ? Di mana ada pusat jajan segala sesuatu yang khas Riau atau pusat suvenir yang juga khas Riau ? paling-paling anada akan dirujuk ke tempat Pusat Oleh-oleh dan Jajanan Khas Riau. Lantas, di mana Anda bisa mendapatkan kaos, pin, topi, mug, gantungan kunci, atau apapun berbau Riau. Sesuatu yang lebih kreatif, menarik, mengundang orang, di Riau sekalipun, untuk merogoh kocek.

Melo Kaus Bertuah, begitu bunyi label-nya, dengan latar warna merah-kuning-hijau khas melayu. Pemberian nama atau label Melo yang berarti Degil / Manja yang berlebih, merupakan singkatan kata dari Melayu Oblong. Mencoba mengangkat kembali Seni Syair dan Pantun yang saat ini sudah jarang diperdengarkan dan dibacakan kecuali pada acara-acara perayaan, selain itu obyek-obyek wisata dan tokoh-tokoh Riau juga diangkat dalam desain-desain Oblong Melo. Tentu saja tidak mudah mengangkat tema-tema tersebut menjadi sebuah desain Oblong, apalagi meramunya dengan "kenakalan" khas Melo, sehingga khususnya anak-anak muda secara tidak langsung bisa mengenali budayanya.

Target yang juga merupakan visi dan misi dalam penjualan Melayu Oblong Melo ini tak hanya berada di tempat Pusat Oleh-Oleh Kota atau Propinsi, tapi juga di setiap ada acara/ event pameran khususnya yang terkait dengan HUT Kota / Propinsi. Selain itu Melo juga akan melakukan penjualan secara Online. Dari "Facebook" ini, nantinya anda bisa melihat produk dan kemudian pesan. Setelah mentransfer, pesanan akan dikirim.

Satu hal lagi, Anda tak perlu bingung mencarikan suvenir jika ada rekan atau tamu anda bertandang ke Riau atau memberikannya sebagai hadiah. Gali lagi lebih dalam, ada yang jauh lebih menarik yang bisa dijadikan suvenir khas Riau.